SIFILIS/ RAJA SINGA
Sifilis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh Bacterium Treponema pallidum. Penyakit ini sering disebut ‘peniru ulung’ karena banyak tanda-tanda dan gejalanya tidak dapat dibedakan dari penyakit-penyakit lain.
Sifilis diyakini telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia pada tahun 1999, dengan lebih dari 90% kasus terjadi di negara berkembang. Setelah jumlah kasus menurun secara dramatis sejak ketersediaan penicilin di seluruh dunia pada 1940an, angka infeksi kembali meningkat sejak pergantian milenium di banyak negara, terkadang muncul bersamaan dengan human immunodeficiency virus (HIV). Angka ini disebabkan sebagian oleh praktik seks yang tidak aman di antara laki-laki yang berhubungan seksual dengan laki-laki, seks bebas dan angka prostitusi tinggi, serta penurunan penggunaan proteksi pelindung.
Bagaimana orang bisa terkena Sifilis?
Sifilis ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung dengan luka sifilis. Luka terjadi terutama pada kelamin bagian luar, vagina, anus, atau di dalam dubur. Luka dapat juga muncul di bibir dan mulut. Perpindahan bakteri penyebab sifilis terjadi ketika hubungan seks vagina, anal, dan oral. Ibu hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya pada bayi yang dikandungnya. Sifilis tidak dapat menular melalui kontak dengan dudukan toilet, pegangan pintu, kolam renang, bak mandi, baju dan peralatan makan yang dipakai bersama.
Beberapa penyedia perawatan kesehatan dapat mendiagnosa sifilis dengan menguji sampel dari luka (luka infeksi) dengan menggunakan mikroskop khusus yang disebut dark-field microscope. Jika terdapat bakteri sifilis pada luka, bakteri tersebut akan tampak di mikroskop. Tes darah adalah cara lain untuk memastikan apakah seseorang terjangkit sifilis. Tidak lama setelah terjadi infeksi, tubuh akan memproduksi antibodi sifilis yang dapat dilihat dengan tes darah yang akurat, aman, dan murah. Kadar rendah antibodi dapat bertahan dalam darah selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun bahkan setelah penyakit tersebut sembuh.
PENGARUH DARI DAN TERHADAP KEHAMILAN DAN/ PERSALINAN
Infeksi ibu dapat mengakibatkan penularan transplasenta ke janin pada setiap umur gestasi. Ibu dengan sifilis primer dan sekunder akan lebih mungkin untuk menularkan infeksi dengan manifestasi lebih berat yang terjadi pada janin. Angka penularan untuk penyakit primer dan sekunder adalah antara 50-80% terdapat tingkat respon janin yang luas terhadap infeksi dan infeksi bawaan laten. Komponen infeksi sifilis bawaan dini antara lain hidrops yang tidak imun, hepatosplenomegali, anemia dan trombositopenia yang hebat, lesi kulit, ruam, osteitis dan periositis, pneumonia dan hepatitis. Angka kematian parenatal akibat sifilis bawaan ± 50%. Sifilis bawaan pada masa-masa akhir (di diagnosis setelah umur 2 tahun) merupakan penyakit multisistem yang ditandai dengan kelainan gigi (gigi Hutchinson, “mulberry molars”) “sabershins” (tulang kering pedang), kerusakan pada septum masal, yang mengakibatkan suatu hidung – sadek, keratitis interstisial, tuli saraf ke VIII dan kegagalan pertumbuhan.
Apa Hubungan Sifilis dan HIV?
Luka pada alat kelamin (chancres) karena sifilis dapat mempermudah penularan dan terjangkitnya infeksi HIV seksual. Risiko HIV akan meningkat hingga 2-5 kali lipat. PMS yang menyebabkan luka seperti ruam, bisul, atau luka pada kulit atau kelenjar lendir, seperti sifilis, mengganggu pembatas yang melindungi infeksi. Bisul kelamin karena sifilis dapat dengan mudah berdarah, dan ketika darah ini kontak dengan lendir mulut dan anus selama hubungan seks, meningkatkan infeksi dan kerentanan terhadap HIV. Adanya PMS lain juga merupakan acuan penting kemungkinan terjangkitnya HIV karena PMS adalah tanda adanya perilaku yang berhubungan dengan penularan HIV.
Bagaimana pengobatan Sifilis?
Sifilis mudah disembuhkan pada stadium awal. Suntikan antibiotik seperti penisilin dapat menghentikan sifilis pada penderita yang terinfeksi kurang dari setahun. Dosis tambahan diperlukan bila penderita telah terinfeksi selama lebih dari setahun. Bagi penderita yang alergi terhadap penisilin, tersedia antibiotik lain yang dapat mengobati sifilis. Tidak ada pengobatan pengobatan tradisional atau obat-obatan bebas yang dapat mengobati sifilis.Antibiotik akan membunuh bakteri sifilis dan mencegah stadium berlanjut, namun tidak memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
Karena perawatan yang efektif untuk mencegah berkembangnya sifilis telah tersedia, penting bagi orang yang memiliki kebiasaan seksual berisiko terkena STD melakukan tes skinning terus-menerus. Penderita sifilis dalam tahap perawatan harus berhenti melakukan kontak seksual terhadap pasangannya sampai luka-lukanya sembuh sempurna. Penderita Sifilis harus menginformasikan kepada pasangannya sehingga pasangannya dapat melakukan tes sifilis dan diobati bila ternyata juga terkena infeksi.
Walaupun mengikuti pengobatan sampai sembuh, orang masih rentan terinfeksi kembali jika tidak berhati-hati. Hanya tes laboratorium yang dapat memastikan apakah seseorang terjangkit sifilis karena luka sifilis dapat tersembunyi pada vagina, dubur, atau mulut, yang mungkin tidak akan kelihatan kalau pasangan seks menderita sifilis. Berkonsultasi dengan penyedia perawatan kesehatan akan membantu memastikan perlunya tes ulang sifilis setelah pengobatan.
Bagaimana mencegah Sifilis?
Cara paling meyakinkan untuk mencegah penularan sifilis tentu saja sama dengan cara mencegah penyakit menular seksual lainnya, yaitu berhenti melakukan kontak seksual dalam jangka waktu lama dan memiliki satu pasangan seksual tetap yang telah dites dan dinyatakan tidak terinfeksi.
Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang juga membantu mencegah penyebaran sifilis karena aktivitas tersebut meningkatkan perilaku seksual berisiko. Penting bagi pasangan untuk membicarakan secara terbuka mengenai statusnya akan HIV dan riwayat penyakit menular seksual lain sehingga langkah pencegahan dapat dilakukan.
Luka pada alat kemaluan, seperti sifilis, dapat muncul pada pria dan wanita. Luka tersebut dapat muncul pada area yang terlindungi kondom maupun area yang tidak terlindungi. Penggunaan kondom lateks dengan benar dan konsisten dapat menurunkan risiko penularan sifilis, herpes genital dan syankroid, hanya bila area yang terinfeksi terlindungi. Penularan penyakit menular seksual, termasuk sifilis, tidak dapat dicegah dengan membasuh area genital, berkemih, ataupenggunaan antiseptik setelah berhubungan seks . Adanya pembuangan yang tidak biasa, luka atau ruam, terutama di bagian selangkangan merupakan tanda-tanda serius untuk menghentikan hubungan seksual dan selekas mungkin pergi ke dokter.
PRODUK YANG DISARANKAN:
- BEE PROPOLIS : 3X1-3X2
- ROYAL JELLY LIQUID : 2X1 sdt
- CLOVER HONEY : 3X1 (MINUM) DAN OLES DICAMPUR ALOE PROPOLIS CREAM
- PROPOLIS CREAM OLES BERSAMA CLOVER HONEY PADA BAGIAN YANG LUKA